Medan,
Film Medan – Tepat sore
hari jam setengah 5 (16.36) di hari sabtu menuju malam minggu seluruh
staff dan crew menonton bareng
film 1917.Biarpun tamu undangan event ini ngaret padahal waktu mulai itu jam 2 siang, mereka semua itu malah datang
hampir jam 5.Tapi tak apalah jiwa para staff sama crew masih semangat, biarpun badan udah bau kelabang.
Event
ini diadakan terbuka bagi siapapun dan pada
15 Februari 2020, di Laboratorium studio film punya kami. Sebagian besar yang dating adalah teman teman dari
SMK BBC MEDAN, bukan sekadar nonton semata, kami disini mengupas lebih
lanjut film 1917. Mulai dari cara pengambilan
gambar, review lokasi syuting dan masih banyak lagi.
Bukan
hanya itu, minggu ini kami memilih film 1917 karena kebetulan filmnya masuk nominasi Oscars 2020, tak hanya masuk, bahkan
bawa pulang 3 piala Oscar langsung. Yaitu juara “Best Cinematography”,”Sound
Mixing”, sama satu lagi “Visual effect”.
Pertama,
kami nonton dari jam setengah 5 sampai jam setengah 7 maghrib. 120 menit kami
merasakan kagum melihat adegan tanpa cut cuma 2 kali, benar saja.
Cinematographer
Habibullah, S.S
“kenapa
film ini kita pilih juga karena teknik tingkat tinggi yang dibuat dari awal kita tonton sampai belakang itu yang keliatan
hanya 2(cut) potongan. Potongan pertama itu waktu
dia ditembak ini waktu dia pingsan,
selanjutnya potongan yang kedua itu waktu dia lompat ke dalam air itu potongan kedua
yang kelihatan. Tetapi sebenernya ada 6 potongan yang gak kita sadari, jadi
total film ini ada 6 babak.” Kata Habibullah, selaku Cinematographer dari Yayasan
Sinema Manuproject Prodution Indonesia.
Kedua,
dikemas secara rapi suara-suara di film 1917 seolah para penonton ikutan di dalam perang.
Di review sound mixing Ray J.P Sidabutar ( Sound Designer ) mengatakan “Mungkin
yang bias aku sampaikan dari segi sound film ini masuk dalam ‘Best Sound
Mixing’. Mungkin perbedaan yang signifikan itu adalah yang aku ajarin kan yang
menang sound mixing itu 1917 yang menang sound editing itu Ford V Ferrari.
Apasih perbedaannya sebenernya kalau dikatakan sound editing, sound editing itu
hanya berbicara tentang efek-efek yang ada yang bisa dibuat manusia. Tapi kalau
sound mixing, sudah berbicara tentang efek-efek suara yang diciptakan. Coba
bayangin kalau yang sudah pernah shooting kan pasti kok bisa sih gaada suara
yang bocor, suara langkah kaki apalagi
kalau tadi kita tonton diawal disini ada yang pake seperti suara mobil pick up
gitu, kok ga masuk sih suaranya . Itulah tugas seorang sound didalamini,
diabetul-betul bekerja serius sampai akhirnya baru kali ini saya tonton film
perang ada jump scarenya. Bahkan dengan suara nafas mereka pun kita bisa ikut
terasa capekkan nontonnya gitu. Bahkan dengan suara dia bersandar didalam mobil
kemungkinan bisa merasakan dari suara itu bahwa dia betul-betul capek. Coba
bayangin kalo kita nonton itu gaada suaranya , ya ga akan menarik sama sekali.
Bahkan dengan dukungan suara yang seperti itu bagus menurut saya dan film ini
layak menang, dan saya bilang betul-betul layak menjadi juara sebagai nominasi
‘Sound Mixing’ . Ini sih mungkin dari saya, terimakasih” singkatnya.
Sound Designer
Ray J.P Sidabutar
Ketiga,
menurut Yolla Manurung,“Kalau dari designya memang masuk nominasi tapi gak
menang di oscars sama Golden Globes tapi menang di BAFTA AWARDS. Penghargaan
film khusus di daerah itu sih, jadi lawan-lawannya juga film joker kalo gak
salah, sama parasite sama film-film lainnya. Production designernya namanya Dennis
Gassner. Jadi Dennis Gessnernya ini bilang, film ini prosesnya 65 hari Jadi si Production designernya ini bilang kalau mereka bangun 150
bangunan disebuah lapangan kosong terus dihancurkan lagi, dibangun lagi
dihancurkan lagi dia bilang gitu, supaya terlihat lebih nyata. Sedangkan
designer costumenya namanya Jacqueline
Durran untuk make upnya memakai Continity ( berkelanjutan ) jadi sebelum mereka
melakukan adegan, mereka udah pakai kostumnya di adegan-adegan selanjutnya.
Jadi berkesinambungan ke adegan berikutnya. Lalu ini lokasi shootingnya ada di
2 daerah, satu di Inggris dan di Skotlandia. Kalau di Skotlandia, pernah denger
‘Salisbury Plain’ itu salah satu tempat wisata terkenal di Eropa yang kalo kita
tonton tadi ada batu-batu banyak dilapangan hijau si Salisbury Plain.
Production Designer Yolla Manurung, S.E
Dalam adegan sungai nya itu, itu ada di daerah Eropa juga.
Sedangkan yang bandara itu ada di United Kingdom lokasi nya di No Man's Land. Untuk tone warnanya
konsisten juga termasuk Continity juga. Aku baca beberapa komentator juga film
Dunkirk karya Christopher Nolan sama film Saving Private Ryan. Yang membedakan
2 film perang itu secara design dengan film 1917, kalau film dunkirk proses
film nya itukan banyak adegan perangnya sementara disini banyak cerita melalui
adegan daripada suara-suara filter. Makanya
termasuk baguslah sampai memenangkan ‘Produser Designer’ di Bafta Awards
walaupun gak menang di oscars, terimakasih”. tuturnya.
Pimpinan kami hanya memberikan sedikit komentar mengenai film ini
karna dari sisi penyutradaraan dan skrip tidak menang. “Ok,
karena gak menang di penyutradaraan ga menang juga di skrip, aku gak komen
apa-apa. Cuman memang ceritanya ini dari kakek si sutradara, itu aku uda cari
di banyak trivia nanti kalo misalnya bisa share ke kalian secara digital ada banyak
hal yang unik sih disitu. Ini kalau kalian pernah dengar film Sam Mandes
sebelumnya ada Jarhead itu juga film perang nanti kapan-kapan kita bedah lagi,
sabtu depan kita rencana bedah Bohemian Rapshody kalau itu lebih gila lagi
karena mereka shootingnya di persiskan sama konser aslinya, seratus persen
mirip dengan waktu mereka konser yang asli. Jadi, sabtu depan ada versi
konsernya yang ga dipotong kalau dibioskop kan dipotong dan 7,1 jadi suaranya
udah yang aslinya”. Ungkap Dr. Immanuel Prasetya Ginting, M.Hum.
Pimpinan sekaligus Produser/Sutradara Dr.
Immanuel Prasetya Ginting, M.Hum.
Tak
sekadar review dari semua staff, salah satu peserta penasaran bertanya tentang adegan
tikus yang
katanya macem uda dilatih atau hanya efek digital aja.
Ada pertanyaan penonton juga kami rangkum dari kegitan
ini seperti dari Rizky Fatwasyah siswa smk BBC. "Saya
suka di bagian yang pas dikejar-kejar tentara jerman. Terus yang saya tanyakan,
yang adegan tikus, itu tikusnya kok bisa diatur? Itu beneran tikus real atau
settingan?" Tanyanya.
“Kalau segi sinematografi mungkin ya kita
samakan dulu persepsi kita, nanti kalau kita mau bikin film bareng disini atau
disekolah dan dikomunitas minta tolonglah buat film yang bagus. Ada yang pernah
ikut shooting sama kita,adegan yang pacarnya selingkuh sama adiknya kita udah
serius bangun set, paling pening itu bikin lighting kalau dia bisa ingat semua
lighting itu udah kita keluarin menciptakan efek biru dan merah. Nah, gitu juga
dengan tikus tadi banyak yang gak nyadar kalau saya enggak lihat behind the
scene tikusnya tapi ada efek yang pertama digital,efek digital tapi saya lihat
itu bukan efek digital yang kedua adalah crew dibelakangnya itu pasti itu kayak
main sulap jadinya. Kita ditampilin yang Cuma kita lihat, sebenernya crew
dibelakang itu ramai crew yang dibelakang itu pas adegan kosong mereka itu
sembunyi dibalik itu dengan tutup pasir atau tanah. Ketika kamera masih mundur
mereka udah megang tikus semua dibelakang, jadi ketika kamera udah mundur
tikusnya dimasukin kedalam dan otomatis keluar. Ada satu lagi yang kalian
perhatikan juga ada nanti kecil muncul tikus lagi masuk dari sebelah kiri nanti
juga dilepas jadi nanti bisa kalian bayangkan yang tim bagian tikusnya kita
semua pake mili second itu cara nutupinya adalah kamera sama audio karena itu
pasti bising kaarena banyak crew dibelakang. Nah kalau dari trivia disini itu
ada 2 kali kesalahan nabrak waktu lari-lari adegan terakhir sementara kamera
sudah dimobil ini tu tidak di cut karena kalau di cut, ulang lagi dari awal.
Jadi film ini kekurangannya ya itu, 6 bulan pelatihannya doang shootingnya 3
bulan. Lebih lama pelatihannya daripada shootingnya karena semuanya harus
presisi dan ini gak sekali gak semuanya one take shoot dibohongi kalian. Kalau
tadi pas adegan ada tangan jenazah tadi itu gaada, itu hanya transisi jadi
ketika dia naik peralihan dia naik lalu kita tengok ada jenazah tangan itu pas
berikutnya dia jalan itu sebenernya uda tempat lain, uda cut itu. Jadi
betul-betul dia buat scene plus jadi ga keliata, itu teknik yang sangat luar
biasa disini. Cuma gak jadi ‘Best Picture’ karena semua unsur perfilm-an itu
lengkapnya ada di parasite sebagai gambar bergerak yang punya makna. Karena
apa, dari itu aja makanya kan itu aja kisi kisinya sutradara sama skrip itu ada
di parasite sedangkan mereka ada di teknis betul-betul mereka supaya
menghasilkan incrime mereka harus video nya bagus makanya best
cinematography,suaranya bagus backsoundnya itu. Karena banyak meriam-meriam
yang dirusak ada peluru-peluru ya kan yang kedengaran Cuma suara jalannya kan
dan ada suara ngos-ngosan kan, itu gak mungkin cameramannya gak ngos-ngosan
karena cameramannya juga ngos-ngosan disitu. Itu semua di covered sama audio
belakangan jadi bener-bener suasana sepi. Jadi kalian bisa bayangkan orang yang
di studio itu mengulang lagi jalannya, ulang lagi napasnya, ulang lagi
semuanya, emang itu yang paling keren sih. Nah itu permasalahan tikus itu bisa
kebayangkan sekarang? Nah kalau adegan yang malam yang dikejar-kejar tentara
jerman, itu mereka kan bikin flare, flare itu yang menampakkan bayangan itu
bergerakkan? Cahayanya bergerak sesuai bayangan. Itu yang bangunan
bolong-bolong itu biar cahayanya masuk. Lagi-lagi itu yang terjadi dia main
cahaya, yayasan kita pingin rekrut orang khusus cahaya tapi gabung sama. Jadi kalian yang betul-betul berminat
masuk ke yayasan nanti ada kok sertifikat propesinya nanti kalian bisa dapat
sertifikat propesi kalau kalian serius disini. Makanya lighting itu perlu, habib
semua udah dia borong dia cinematographer,dia editor ada rahasianya loh, Habib
memang buta warnanya parsial dia warnanya itu ketika ngedit biru, hijau
tertentu dia gabisa bedain. Makanya kalau misalnya trading kita kebanyakan sih
menjelang warnanya agak-agak gelap-gelap gitu itu efek yang diciptakan oleh habib. Tapi kalau namanya film
hitam putih sekalipun kalau kalian gak mungkin karena dibioskop ga boleh tayang
itu film bagaimana orang yahudi disiksa tentara jerman nazi dan dia
nyelamatkan, itu sadis kepalanya nampak pecah ditembak itu hitam putih filmnya
bukan saat itu udah lama, enggak. film itu sutradaranya Jurassic Park dan IT
dia sutradara bukan generasi hitam putih tapi dia bisa bikin hitam putih itu
keren. Itu kalau yang tikus ditarik-tarik saya yakin itu efek digital. Kalau
strategi jerman itu udah ada, itu faktanya ada, mereka ada, taktik yang mundur
sampai benteng yang paling kuat sisanya benteng-benteng itu semua adalah
jebakan, itu asli kejadiannya didunia nyata. Jerman itu pura-pura mundur mereka
bangun perangkap, lalu mereka meruntuhkan semua jembatan, mereka stand by di
benteng terkuat mereka. Jadi kalau tadi gak ditunda, tentara inggris mati
semua. Ini kejadian tidak nyata, tapi taktik itu nyata, pekerjaan
ngantar-ngantar pesan itu nyata karena perang dunia pertama itu belum ada
radio. Jadi bayangkan kalau kita perang ngantar suratnya ya kalian gitu, itu
namanya runner kalau sekarang.jadi drama yang muncul dalam masyarakat kota yang
hancur itu juga nyata. Kalau dalam film, sutradara itu ‘Tuhannya’.
Sampai
sini dulu review film 1917, selalu hadiri event event kami selanjutnya. Kami
akan terus-terusan memajukan industri perfilman Indonesia, SALAM SINEMA!!
Wooooo wooooooo keren bangetttt gilaaaaaaaaa lo yg buatt blog inii
ReplyDelete!!!
Mantappp web karya anak upu, tetap semangat dan sukses selalu bro!!
ReplyDeleteTidak sabar ingin tst bareng dengan pembuat web ini
Gilak, mau dong diajarin buat web seperti ini
ReplyDeletebagussss
ReplyDeletePost a Comment