6 Adegan Paling Berkesan di Film "The Flower of Wars"

oleh: Nurul Fadhilla

Medan - Filmmedan - Film ini dibuat berdasarkan pada novel karya Geling Yan, “Flowers of Nanjing”, yang terinspirasi oleh buku harian Minnie Vautrin, seorang misionaris Amerika yang berhasil menyelamatkan sekitar sepuluh ribu pengungsi Tiongkok selama Pembataian Nanking. Mengisahkan kejadian di Nanking, Cina, selama Pembantaian Nanking tahun 1937. Sekelompok pelarian, mencari perlindungan di kompleks gereja, mencoba bertahan dari kekejaman Jepang.

Tidak sulit menemukan adegan paling berkesan di film ini. Bahkan mulai dari awal film dengan narasi Shu Juan (Zhang Xinyi) yang menceritakan tentang keadaan pada saat itu dalam perang antara Tiongkok dan Jepang saja sudah membuat emosi kami berdetak kencang hingga akhir film. Kami sama sekali tidak diijinkan untuk berkedip menunggu adegan demi adegan yang mencekam. Tapi begitu pun, berikut ini kami mencoba memutuskan enam adegan paling berkesan dari film besutan Zhang Yimou ini.

1/6

Perisai Manusia


Karena prajurit Tiongkok tidak memiliki senjata yang memadai untuk menghancurkan tank musuh, maka mereka menerapkan taktik dari perang kuno. Mereka membentuk sebuah perisai manusia untuk membawa peledak mendekati tank. Pada saat itu, sebagai orang Tiongkok, para tentara tidak ingin kehilangan negara mereka, dan ketika mereka berbaris dan mencoba menghancurkan tank musuh, berondongan tembakan menghantam mereka secara bergantian, dan menewaskan mereka satu per satu hingga salah satu dari mereka menghantam tank ia terjatuh. Peledak yang dibawa bersamanya berhasil menghancurkan tank.


2/6

Tentara Terakhir

Tidak ada yang lebih menegangkan saat tentara Jepang akhirnya masuk ke dalam katedral, dan mulai memburu satu per satu siswi biara untuk diperkosa. Dua buah tembakan mematikan dari seorang Mayor penembak jitu Tiongkok (Tong Dawei) menghentikan ketegangan di dalam Katedral, untuk kemudian melanjutkan ketegangan ke luar dengan berhasil mengambil perhatian tentara jepang untuk keluar dari gereja. Ketegangan yang diakhiri dengan sebuah keindahan yang memilukan ketika sebuah gedung toko kertas meledak bersama kertas warna warni yang berhamburan di udara bersama serpihan gedung dan semua orang yang ada di dalamnya.


3/6

Aku Hanya Seorang Pencinta Musik!

Sedikit membuat lega, saat Kolonel Hasegawa (Atsuro Watanabe) yang muncul ke dalam katedral meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh pasukannya kepada John Miller (Christian Bale) yang menyamar menjadi seorang pendeta. Selain membawa bahan makanan, ia juga meminta ijin untuk memainkan sebuah lagu menggunakan organ yang ada di ruangan katedral itu. Setelah memainkan sebuah lagu di hadapan para siswi yang masih ketakutan setengah mati, berikutnya Kolonel Hasegawa meminta John untuk mempersiapkan para siswi untuk menampilkan paduan suara di hadapannya di kesempatan berikutnya. Perasaan kami campur aduk pada bagian ini!


4/6

Pembantaian Dou dan Lan

Dari antara para Bidadari Sungai Qin Huai, Dou (Yuemin Li) dan Lan (Bai Xue) adalah tokoh yang harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Hanya karena ingin mencari senar kecapi untuk memainkan lagu bagi Pu Sheng (Liangqi Zhu) yang sedang sekarat, mereka menyelinap ke luar dari Katedral untuk kembali ke rumah bordil, mencari senar pengganti yang putus. Sayang, tentara Jepang memergoki mereka dan menghabisi keduanya dengan cara yang sangat teramat sadis.


5/6

Bidadari dari Sungai Qin Huai

Setelah memutuskan untuk menggantikan para siswi untuk dipersembahkan kepada para tentara Jepang, para bidadari Sungai Qin Hai diubah penampilannya oleh John. Di titik ini lah Shu menyadari bahwa penilaiannya sejak para perempuan prostitusi yang memaksa masuk ke dalam katedral itu adalah salah. Di balik kenyataan bahwa mereka adalah para perempuan yang penuh dosa, para perempuan legenda Sungai Qin Huai itu sebenarnya adalah sosok-sosok perempuan baik dan berhati emas. Nyanyian mereka yang merdu di hadapan para siswi membuat kami terharu. Selain membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka nantinya, kami juga berharap semua pengorbanan ini akan berhasil.


6/6

Kurang Satu Lagi!

Saat Shu berkata, “Ini adalah terakhir kalinya aku melihat George Chen. Saat ia masih berusia enam tahun, dan hampir mati karena kelaparan, Bapa Ingleman menyelamatkannya. Ia membunyikan lonceng gereja, menyapu lantai, dan bekerja di dapur. Biasanya kami menertawakan dia, setiap dia berbicara dalam bahasa Inggris atau dalam dialek Nanking…” Adalah momen haru saat George (Tianyuan Huang) harus mengambil sebuah keputusan penting saat menyadari bahwa ada satu orang yang kurang dari 13 orang siswi yang dihitung oleh tentara Jepang. Sebuah keputusan yang menurut John, membuat Bapa Ingleman bangga kepada George. Kami menangis pada bagian ini!


Post a Comment

Previous Post Next Post