Seperti Sertifikasi Profesi Film, Sertifikasi Digital Marketing Harus Dibayar Tuntas

Seperti Sertifikasi Profesi Film, Sertifikasi Digital Marketing Harus Dibayar Tuntas



Medan - Filmmedan - Semuanya mungkin sudah pernah mendengar kata "sertifikasi". Kata ajaib yang beberapa waktu terakhir ini digaungkan hampir oleh semua bidang profesi. Tak ketinggalan di bidang perfilman. Di Medan sendiri, profesi perfilman seperti dokumenteris, manajemen lokasi, dan talent koordinator sudah terhasilkan dari kegiatan sertifikasi profesi tahun ini. Malah di studio Movieresto Prime Indonesia, kami sudah punya staff yang bersertifikat profesi manajemen lokasi dan penulis skenario.


Apakah ini cukup untuk membangun ekosistem perfilman di kota Medan?


Belum! Kalau kita intip komponen ekosistem perfilman yang ideal, diantaranya apresiasi, pendidikan, kreasi, produksi, distribusi, ekshibisi, promosi, pusat data dan interasi, serta penonton, ada banyak sekali pe-er yang harus diselesaikan di ekosistem perfilman kota Medan.


Kali ini filmmedan ingin menggelitik pemikiran kita tentang komponen promosi film.


Promosi film ini adalah penghubung antara komponen distribusi dan ekshibisi film, yang hasilnya adalah meningkatkan kualitas komponen penonton. Seberapa penting komponen promosi ini? Wokeh, mari kita perhatikan datanya. Dari Arianna Nielsen Media Research, kita mendapatkan data bahwa dari 10 film dengan biaya promosi paling tinggi, ada Gundala dengan total biaya promosi mencapai Rp82.9 juta dari biaya produksi 50 miliar diikuti dengan Preman Pensiun di angka Rp41 juta dan Koki-koki Cilik 2 hingga Rp39.4 juta.


Apakah dengan membayar sebesar itu, promosi pasti akan berhasil menarik penonton datang ke bioskop?


Untuk ini lah profesi marketing berperan penting! Nah.. dengan kemajuan teknologi dan perubahan perilaku konsumen di era serba digital ini, kegiatan digital marketing adalah strategi yang paling efektif.


Digital marketing adalah kegiatan promosi atau pemasaran produk dengan platform digital atau internet. Tujuan kegiatan ini untuk menarik konsumen dan calon konsumen dengan cepat dan efektif. Ini didukung dari fakta bahwa teknologi digital dan internet di masyarakat luas. Itulah mengapa tidak heran, banyak perusahaan perfilman  memanfaatkan platform digital sebagai media pemasaran.


Contoh penerapan yang paling luar biasa akhir-akhir ini bisa kita lihat adalah viralnya film The Medium garapan sutradara Banjong Pisanthanakun yang berhasil melalui platform media sosial dengan segala gimmick nya yang bikin penasaran. Secara sadar atau tidak sadar strategi digital marketing melalui platform Tik-tok, Instagram, Twitter sempat ramai membicarakan film dengan gaya footage atau pseudo-dokumenter ini. Hasilnya? The Medium memecahkan rekor dan sekarang menjadi film Thailand berpenghasilan kotor tertinggi di box office Indonesia dengan lebih dari 730.000 penonton.


Masih kurang yakin dengan sakti nya profesi bidang Digital Marketing ini?

Ingat film Parasite besutan sutradara Bong Joon-ho? bersama Tom Quinn, bos perusahaan distribusi film NEON berhasil bersaing dengan perusahaan global seperti Sony Pictures, Warner Bros, Universal, Paramount, dan lain-lain. Ini terjadi karena NEON mengaplikasikan strategi pemasaran yang tepat. NEON betul-betul memanfaatkan media internet untuk melakukan customer engagement. Materi-materi pemasaran yang diunggah di berbagai kanal benar-benar membuat konsumen tertarik.


Melalui instagram, mereka membuat feed dengan sangat kekinian dan artsy. Konsumen pun betul-betul dibikin penasaran dengan unggahan berformat puzzle. Kamu bisa tengok unggahan promosi Parasite di akun Instagram @parasitemovie. Trailer film yang diunggah di kanal YouTube pun tak kalah hebat. NEON dan Bong tidak menampilkan spoiler maupun clue di dalam unggahan trailer film.


Melihat bukti-bukti ini, tidak berlebihan kalau filmmedan mengajak lebih serius lagi untuk bicara tentang profesi bidang Digital Marketing di bidang perfilman ini.


Seorang digital marketer berperan penting atas branding produk yang dihasilkan perusahaan. Digital marketer menggunakan channel digital seperti e-mail, website, juga media sosial untuk membangun brand awarness dan berkomunikasi dengan konsumen.


Agar bisa menjadi seorang digital marketer yang profesional, dibutuhkan pemahaman tentang teknik tertentu, khususnya yang terkait dengan search engine optimization (SEO), search engine marketing (SEM), content marketing, e-mail marketing, video marketing, social media ads, dan penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran. Seorang digital marketer juga harus mampu membaca data berupa sasaran iklan dengan tepat, dan memanfaatkan setiap data yang diperoleh tadi untuk pengembangan penjualan yang lebih baik. 


Nah, untuk itu lah agar lebih serius dalam membangun profesi digital marketing ini, dibutuhkan sertifikasi profesi digital marketing. Salah satu Lembaga Sertifikasi Profesi digital marketing yang kita rekomendasikan adalah LSP Teknologi Digital yang bisa dihubungi melalui website dan media sosialnya.


Dengan 36 skema sertifikasi, 300 lebih link Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dan 1000 orang lebih Sumber Daya Manusia yang telah Tersertifikasi, LSP Teknologi Digital berkomitmen untuk meningkatkan keberterimaan Sertifikasi Kompetensi Digital Marketing oleh industri baik di tingkat nasional maupun internasional.





Kita tunggu calon-calon tenaga profesional bidang Digital Marketing yang tersertifikasi untuk membangun ekosistem perfilman di kota Medan ini! (MG) 

Post a Comment

Previous Post Next Post